Selasa, 02 November 2010

PEKERJAAN ADALAH NYAWA BAGI KAMI

Materi ini sangat tepat bagi kita semua,tapi bukan juga bagi segelintir manusia yang hidup di dunia ini dengan kecukupan yang lebih. Dalam artikel ini mungkin banyak kejadian sepele yang hanya berlalu bagi kita,tapi berbeda dengan orang-orang yang kurang mampu. Mereka mengutamakan bekerja sebagai jantung kehidupan,bukan berarti bekerja ditempat yang layak seperti yang kita idamkan atau pun bagi saudara-sudara ku yang sudah bekerja ditempat yang pantas karena keahlian yang mumpuni,pekerjaan orang duafa ini lebih kepada sektor kasar alias buruh dan sejenisnya,sejenak kita renungkan,aktivitas tukang sayur,penjual rames(warung makan),penjual warung kelontongan bahkan penambal ban yang sering kita lihat sehari-hari,mungkin itu suatu kebiasaan bagi kita.
Jarang atau bahkan sama sekali kita menanyakan apakah mereka bisa mencukupi kebutuhan mereka??sepertinya tidak!! Apakah ada yang melakukan suatu penelitian bagi pekerjaan mereka???jarang!!!
Pemerintah Indonesia pernah melakukan sensus penduduk terhadap rakyatnya,tapi tidak atau belum ada kejelasan tindak lanjut yang nyata bagi kami yang menunggu lahan pekerjaan sperti kami ini. Tidak dipungkiri penulis juga manusia yang membutuhkan suatu kepastian dari hasil yang dilakukan oleh pemerintah,
Bayangkan berapa rupiah yang di gelontorkan oleh pemerintah kita untuk melakukan sensus penduduk,berapa rupiah mereka menggaji anggota dewan dan berapa rupiah pemerintah menganggarkan ke pendidikan dan kesehatan,jangan ditanyakan soal itu,karena sudah sering kita lihat dan bahas di berbagai sesi umum,seperti televisi,seminar dan lain-lain. Tapi tanyakan sejenak kepada tukang bakso,tukang sayur dan tukang2 yang lain,apakah mereka nyaman dengan hdup mereka??apakah mereka bisa memberi lebih kepada keluarga mereka nafkah yang layak??sepertinya tidak ada??? Tapi hidup mereka di tanggung oleh mereka sendiri,siapa yang peduli apa yang menimpa mereka,berat mungkin bagi mereka walaupun hidup di negeri yang kaya,namun tidak sekaya lowongan pekerjaan yang dapat mereka cari. Kita lihat sejenak tentang sistem ekonomi yang kita anut,tidak mencirikan jati diri kita sebagai bangsa,yah itu yang sedang kita alami bersama.
Tukang bakso,dan kawan – kawannya itu semakin kebingungan dari pada kesenangan,mau di apakan lagi,itu ucapan yang mereka ucapkan kalau sembako mulai menjerat untuk modal usaha mereka. Negara ini sudah terlalu banyak menjamurnya orang pintar dan orang yang mempintarkan orang lain,seperti parodi dalam lakon sinetron yang saudara-saudara ku lihat di televisi,saya punya ide yang dulu pernah bapak bangsa kita ucapkan atau dijadikan kebijakan pada waktu mereka masih ada,tapi ini tidak mungkin diterapkan kalau tanpa ada dukungan orang banyak yang memimpikan pekerjaan,menerapkan sikap gotong royong secara bertahap,karena kita sudah tidak punya sikap gotong royong,melakukan pertemuan dngan musyawarah mufakat,lalu kita membuat perkumpulan untuk membentuk KOPERASI. Untuk zaman sekarang,membentuk KOPERASI sangat susah,karena dibutuhkan kepercayaan antar individu. Penulis pernah berdiskusi dengan salah satu warga yang ada di dekat rumah kos penulis,penulis mengutarakan tentang pembentukan koperasi pada zaman sekarang,karena untuk menghindarkan dari peminjaman kepada rentenir – rentenir, para warga yang nota bene adalah pedagang,baik itu pedagang bakso,nasi bungkus dan lain – lain. Penulis memberikan saran kepada salah satu warga tersebut agar pada saat pertemuan RT(Rukun Tetangga) mengajukan tentang pembentukan koperasi di tingkat lingkungan warga sekitar dengan pendanaan dari uang arisan yang dimasukkan dalam kas RT dan di simpan di bank selama se tahun,setelah setahun baru di bentuk unit simpan pinjam terkecil terlebih dahulu di kalangan masyarakat sekitar,baik itu pengurusnya maupun tentang AD ART nya,dan uang yang di simpan oleh warga di kopersi tersebut tetap ada di bank karena untuk keamanan bersama.
Itu adalah sebagian kecil dari artikel yang penulis coret – coret dalam blog ini,mungkin saran dan kritik dari para pembaca di harapkan oleh penulis,karena penulis masih belajar dan terus belajar karena hidup itu dari belajar,bukan hanya bekerja. Itu yang membedakan antara manusia dan hewan. TERIMA KASIH.

0 komentar:

Posting Komentar