Banyak yang kita ketahui bahwasana negara kita ini masih di sebut dengan negara yang masih berkembang, sejak zamannya pak harto masih menjabat jadi presiden selama 32 tahun, negara kita masih negara berkembang. Sampai sekarang pun sebutan tersebut masih kita sandang sampai mungkin untuk 30 – 60 tahun lagi, bagaimana mungkin negara yang super makmur ini hanya bisa melihat hartanya kekayaan alamnya dibawa kabur oleh pihak asing secara baik – baik ataupun sembunyi – sembunyi, mengkayakan pihak – pihak yang belum tentu kita kenal sama sekali. Gak usah jauh – jauh deh, lihat saja berapa tenaga kerja yang ada di sekitar rumah kita yang bekerja secara outsourcing, baik di minimarket,bengkel sampai yang ada di bank walau sekalipun mendapatkan tunjangan yang menurut cerita lebih dari cukup.
Padahal Negara kita super makmur,tapi banyak yang bekerja sebagai buruh kontrak??buruh saja sudah suatu istilah bahwa kita hanya budak yang mau dibayar berapa pun asal kita mau kerja, makanya saya menyebutkan bahwa kita juga Negara yang super di bohongi oleh pihak – pihak luar dan sendiri. Dibohongi seperti apa?? Seperti contoh, dalam hal ketenagakerjaan di dalam undang – undang ketenagakerjaan ada suatu pasal yang sangat tidak manusiawi, yaitu memberikan upah minimum sesuai dengan kemampuan para pengusaha, ada juga bahwa batas waktu kerja adalah dengan system kontrak itu akan terus dilakukan sampai para buruh itu menunjukkan kualitas kinerja yang baik, bukan baik dalam hal yang sebenarnya melainkan baik dalam mengerjakan produksi pabrik dan lain – lainnya sampai perusahaan mendapatkan laba yang sangat luar biasa, barulah para buruh tersebut mendapatkan bonus bukan dalam hal uang,tapi dalam pengangkatan sebagai karyawan tetap,hm.. itu pun kalau mungkin ada. Kalau dalam Pegawai Negeri Sipil mendapat Surat Keputusan ( SK ) yaitu surat pengangkatannya sebagai karyawan tetap/pegawai negerinya.. hm, sungguh menyakitkan memang kalau kita hidup di negeri yang menjadikan kita buruh atau hanya sebagai jongos belaka!!! Banyak yang mengaku diri mereka sebagai juragan, namun bisa kita lihat sebagai suatu barang yang semu belaka, percaya atau tidak memang kita sudah dijajah tanpa kita sadari, kita bukan sebagai negeri yang menjadi juragan lagi, kita hanya bangsa yang menjadi jongos juragan kita yang belum pernah kita lihat seperti apa mereka, bahkan pemerintah kita pun merupakan perusahaan Negara yang menyalurkan tenaga – tenaga babu / jongos yang akan semakin membuat pemerintah kita lebih baik lagi untuk mereka (para juragan kita).
Bayangkan berapa anak negeri di seluruh penjuru Indonesia yang mengharapkan kesejahteraan bagi hidupnya dalam mendapatkan pekerjaan?? Jawabannya adalah semua usia produktif yang dimiliki oleh kita menginginkan hidup yang layak dan pekerjaan yang sesuai(isi dari amanat UUD 1945) , tapi harapan tersebut masih hanya sebatas angan – angan saja, masih banyak pula yang belum mendapatkan pekerjaan dan dibiarkan begitu saja oleh pemerintah kita tanpa memikirkan nasib mereka kedepannya, nasib bangsa ini. Coba dipikirkan tentang akibat – akibat yang dapat timbul oleh banyaknya kaum miskin ini. Saya merasa kasihan dan sedih apabila orang miskin hanya dijadikan subyek yang terpojok dan disisihkan saja, tidak bisakah kita mengandalkan mereka dibidang keahlian yang belum mereka asah untk didik dan dibina serta dibantu dengan modal yang ada dan manajemen yang bagus dan kita lepas kalo mereka sudah siap?? Jawabannya masih dalam proses yang panjang, kenapa proses yang panjang?? karena kita belum bisa bersatu untuk menuntaskan kemiskinan secara bersama, saya punya data yang sangat akurat lebih akurat dari data BPS, karena setiap hari saya bertemu dan berbicara dengan mereka, saya juga melihat canda dan tawa mereka seperti tidak pernah lelah untuk menghadapi kehidupan mereka yang terkenal kejam. Data – data yang saya sebutkan nanti akan saya tulis dalam artikel selanjutnya, semoga kawan – kawan pembaca blog ini, bisa memahami miskin yang dihadapi oleh masyarakat kita.
kita tidak bis menutup mata...kenyataannya banyak warga yang menjadi tkw " jongos " tapi justru mereka diberi gelar pahlawan devisa..
BalasHapus